PBB: 233 Ribu Nyawa Melayang di Yaman

Jumlah manusia yang kehilangan nyawa akibat lima tahun agresi militer Arab Saudi ke Yaman mendekati seperempat juta. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyalakan tanda bahaya.

“Perang telah menyebabkan kurang lebih 233 ribu nyawa melayang, termasuk 131 ribu tewas akibat tidak langsung dari perang: krisis makanan dan terbatasnya fasilitas kesehatan,” demikian pengumuman tertulis dalam situs resmi Kantor PBB, 1 Desember 2020.

Dipicu eskalasi agresi dan blokade terhadap Yaman yang tak kunjung berhenti, kebutuhan pada bantuan kemanusiaan diperkirakan meningkat tahun depan. Menurut Koordinator Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB, sekitar 24,3 juta jiwa membutuhkan pertolongan pada 2021.

Kepala OCHA di Yaman, Altaf Musani, mengatakan penembakan di wilayah pemukiman sipil kembali terjadi di kota Taizz, Selasa, kemarin. Insiden mengakibatkan setidaknya sembilan korban: dua anak tewas, tiga anak luka dan empat wanita luka.

Ia menyatakan, serangan itu jelas merupakan pelanggaran hukum internasional. “Perbuatan ini tak masuk akal, sangat mengerikan dan tak bisa dimaafkan,” kata Musani. “Hari ini, lebih banyak keluarga yang berduka atas tewasnya anak-anak yang tak berdosa.”

Sementara media lokal, Almasirah, melaporkan koalisi militer Saudi membombardir sejumlah daerah di negara tetangganya, kemarin, 1 Desember. Serangan ini kelanjutan agresi koalisi militer Saudi dan Uni Emirat Arab sejak Maret 2015.

Di Provinsi Marib – tempat peninggalan kerajaan Saba, Riyadh meluncurkan tiga serangan di daerah Majzr dan Sirwah. Koalisi yang didukung Amerika Serikat ini juga menyasar Huaidah di barat Yaman, Aljawf di utara, Sanaa – Ibu Kota Negara dan Sadah di barat laut.   

Selain itu, blokade koalisi terhadap Yaman menghambat masuknya bantuan pangan dan obat-obatan dari luar. Padahal  lebih dari separuh rumah sakit di negeri berpenduduk 28 juta jiwa ini telah hancur dan  jumlah anak-anak malnutrisi akut meroket.

PBB memperingatkan, negara miskin ini kini sedang menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia.   

Berbagi artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *