Sekitar setengah dari seluruh anak-anak di bawah usia lima tahun di Yaman mengalami kekurangan gizi – totalnya ada 2,4 juta anak, sementara 17,8 juta lainnya di negara tersebut memerlukan dukungan kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada hari Selasa (23/1/24), Anadolu Agency melaporkan.
“Peristiwa baru-baru ini di Laut Merah dan serangan terhadap Yaman, ketika situasi di Wilayah Pendudukan Palestina memburuk, dapat membalikkan kemajuan yang telah dicapai dengan susah payah demi perdamaian dan stabilitas,” Perwakilan WHO di Yaman, Arturo Pesigan mengatakan pada pengarahan PBB di Jenewa melalui tautan video.
“Rakyat Yaman telah hidup melalui kehancuran yang mendalam, kelaparan dan kekerasan. Mereka berhak mendapatkan kehidupan yang damai dan maju,” kata Pesigan.
Mengingat hanya 51 persen fasilitas kesehatan yang beroperasi penuh di negara ini, ia mengatakan daerah-daerah yang terkena dampak ketidakamanan menghadapi “tantangan kesehatan dan pembangunan terburuk”.
Provinsi Hudaydah di bagian barat saja menampung 135.000 rumah tangga pengungsi internal dan 916 kamp pengungsi internal, katanya, seraya menambahkan bahwa hal ini telah memperburuk kekhawatiran sosial-ekonomi yang dihadapi masyarakat dan fasilitas kesehatan.
Mengenai penyakit endemik, perwakilan WHO mengatakan Yaman dilanda penyakit malaria, demam berdarah, campak, difteri, dan diare akut, yang diduga kolera.
Sejak awal tahun 2024, 3,940 kasus diare cair akut dan dugaan kasus kolera dilaporkan, dengan 13 kematian terkait, kata Pesigan, seraya menunjukkan bahwa Yaman diklasifikasikan sebagai “wabah kolera terbesar di dunia”, dengan lebih dari 2,5 juta kasus dilaporkan antara 2016 dan 2021.
Dia juga menekankan bahwa WHO menghadapi “kekurangan parah” dukungan kemanusiaan di negara tersebut. “Kesenjangan pendanaan pada tahun 2023 mencapai 93 persen.”
“Saat ini, Yaman berada di persimpangan jalan yang kritis. Hari-hari mendatang akan menentukan masa depan lebih dari 35 juta orang, apakah kemajuan kemanusiaan dan pembangunan akan terhambat atau apakah Yaman akan menuju perdamaian,” katanya.
Ketegangan meningkat di Laut Merah di tengah serangan Houthi terhadap kapal komersial yang diduga memiliki hubungan dengan Israel.
Kelompok Houthi mengatakan serangan mereka bertujuan untuk menekan Israel agar menghentikan serangan mematikannya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 25.500 orang sejak serangan lintas batas oleh Kelompok Perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober.
AS dan Inggris melancarkan serangan udara terhadap sasaran Houthi di Yaman dalam beberapa hari terakhir, yang telah menciptakan kekhawatiran akan terjadinya serangan inflasi baru dan gangguan rantai pasokan.
Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar. Jalur ini digunakan untuk transit antara Terusan Suez di Mesir dan Teluk Aden, sehingga memungkinkan kapal menghindari rute yang lebih mahal dan lebih panjang melintasi pantai selatan Afrika. [SHR]