Koresponden militer surat kabar Yedioth Ahronoth, Yossi Yehoshua, mengatakan gerakan Hamas dan pemimpinnya di Gaza, Yahya Sinwar, telah berhasil memasukkan Israel ke dalam perangkap sejak beberapa hari terakhir sehubungan dengan jeda kemanusiaan.
Yehoshua menambahkan bahwa Hamas sedang menentukan syarat-syarat perjanjian dengan Israel dan jumlah warga Palestina yang dibebaskan, serta identitas tawanan perang Israel yang ingin dibebaskan.
“Musuh-musuh kami melihat kami dari semua sisi untuk melihat bagaimana kami berperilaku dan bagaimana kami lebih memilih gencatan senjata daripada melanjutkan pertempuran dengan imbalan pemulihan sejumlah kecil orang yang diculik. Ini tidak berfungsi sebagai pencegahan, dan ini terjadi setelah tentara pulih dari keterkejutan yang mereka alami pada tanggal 7 Oktober,” katanya.
Yehoshua bertanya mengapa tentara pendudukan tidak melancarkan serangan darat besar-besaran terhadap Khan Yunis dan Rafah di Jalur Gaza selatan pada saat yang sama ketika mereka melancarkan serangannya ke Gaza utara.
“Banyak petugas bertanya-tanya: Jika kita tidak menyerang Jalur Gaza selatan setelah perang selama 50 hari, kapan hal ini akan terjadi?” katanya, seraya mencatat “saat-saat penghinaan” yang dialami Israel pada hari Sabtu ketika Hamas memutuskan untuk menunda pembebasan tahanan gelombang kedua.
Dia mengutip forum militer yang mengatakan bahwa perang tidak akan membuahkan hasil jika Rafah tidak diduduki dan Israel tidak menguasai perbatasan dengan Mesir. Setelah menguasai Rafah, Israel harus mengancam untuk memutus seluruh jalur kehidupan di Gaza jika semua tawanan perang tidak dibebaskan. [SHR]