Pemimpin Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei memuji keberanian rakyat Yaman dalam melawan invasi militer koalisi Arab Saudi. Ia pun menasihati Riyadh untuk mengakhiri agresinya.
“Mengapa perang ini Anda lanjutkan terus padahal Anda sudah tahu bahwa Anda tak punya kemungkinan lagi untuk menang? Carilah jalan keluar dan tinggalkan palagan,” katanya menyinggung Saudi dalam sebuah pertemuan di Tehran, seperti dilansir Press TV, 12 April.
Khamenei juga mengapresiasi gencatan senjata di Yaman yang dimediasi oleh PBB baru-baru ini. Menurutnya ini perkembangan ‘sangat bagus’.
Jika gencatan senjata benar-benar terimplementasikan, ini berarti kemenangan bagi masyarakat Yaman. Masyarakat yang selama 7 tahun ini melawan penindasan agresor asing.
“Tuhan yang akan menolong orang-orang tertindas,” ujarnya.
Delegasi PBB untuk Yaman Hans Grundberg mengumumkan gencatan senjata di Yaman dimulai sejak 2 April. Ia meminta seluruh operasi militer dari koalisi Saudi dan Yaman dihentikan selama dua bulan.
Meski demikian, Saudi tetap melanggar kesepakatan gencatan senjata. Pada 13 April saja, menurut Almasirah TV, Riyadh telah melanggar 13 kali dengan menyerang berbagai area di Provinsi Hudaydah.
Sejak Maret 2015, koalisi Riyadh yang didukung penuh oleh Amerika Serikat meluncurkan perang melawan negara termiskin di Asia Barat ini.
Mereka menyerang tetangganya di bagian selatan tersebut lantaran ingin mengembalikan penguasa boneka Abdu Rabbuh Mansour Hadi di Sana’a. Koalisi juga berhasrat menghancurkan kelompok perlawanan di Yaman, Houthi Ansarullah.
Walau telah memorakporandakan negara lain, Saudi belum juga mencapai tujuannya. Bahkan dengan perkembangan poros perlawanan yang dibantu angkatan bersenjata Yaman, menurut berbagai analis, Saudi tak mungkin lagi menduduki Sanaa.[]