Muhammadiyah mendirikan sekolah untuk pengungsi Palestina di Shatila, Beirut, Lebanon. Sekolah dengan gedung tujuh lantai itu akan diberi nama Muhammadiyah Center for Education, Culture and Humanity.
Duta Besar Indonesia untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari mengatakan, sebelumnya Muhammadiyah telah memiliki Madrasah Muhammadiyah I di Shatila. “Kenapa disebut sebagai Madrasah Muhammadiyah I, karena Muhammadiyah sedang membeli sebuah gedung di Shatila juga, untuk nanti didirikan Madrasah Muhammadiyah II,” katanya, Ahad 9 Januari 2021.
Kontribusi lewat Lazizmu ini merupakan bagian dari usaha internasionalisasi Muhammadiyah dalam membangun peradaban global. Upaya ini adalah manifestasi amanat Muktamar ke-47 Muhammadiyah pada 2015 di Makassar.
Direktur Korporat dan Kelembagaan Lazismu Pusat, Edi Suryanto mengatakan, sekolah di kamp pengungsian ini didirikan atas kerja sama dengan Kedutaan Besar RI untuk Lebanon. Tujuannya memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Lebanon, “Yang diharapkan ke depan akan mampu mengelola dan mengoptimalkan berbagai sumber untuk kemandirian bangsa Palestina,” katanya.
Edy menyebut, sumber pendanaan sekolah berasal dari infak kemanusiaan Palestina bidang pendidikan. Dana untuk pembangunan sekolah pertama sekitar Rp 100 juta. Sedangkan pendirian sekolah kedua saat ini juga telah disiapkan dananya.[]
Republika