‘Yemen Used to Be’: Inisiatif Brilian Ubah Wajah Yaman di Benak Banyak Orang

Ketika kita mendengar atau memikirkan tentang Yaman, perang dan kelaparan sering langsung muncul di benak kita. Memang benar, PBB telah menyatakan bahwa Yaman menderita krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan bahwa jutaan nyawa terancam jika situasi di lapangan tidak berubah.

Akan tetapi, demi menentang stigma buruk tersebut, sekelompok pekerja seni dan aktivis kreatif Yaman ingin dunia melihat banyak hal indah yang ditawarkan negara itu dengan menyoroti apa yang mereka sebut sebagai proyek “Yemen Used to Be”.

Didirikan oleh Ahmed Al-Hagri, yang kemudian bergabung dengan Waleed Al-Ward, pada tahun 2019, proyek ini adalah “sebuah inisiatif seni yang bertujuan untuk mengubah stereotip yang telanjur dipegang banyak orang tentang Yaman” dan sebuah platform yang “mengarahkan upayanya dalam pendekatan artistik untuk mengubah citra negatif tentang Yaman. Yakni Yaman di mata orang-orang yang dekat dan jauh”.

Tahun berikutnya, inisiatif “Yemen Used to Be” meluncurkan pameran seni pertamanya di Ibu Kota Yaman, Sanaa.

Saat itu, baik Ahmed maupun Waleed “memutuskan untuk mengadakan acara demi mendapatkan materi iklan untuk berbagi pekerjaan mereka”. Artis, penyanyi, dan pembuat perubahan berkumpul bersama. Mereka berharap untuk membawa “perspektif positif” terhadap narasi tentang Yaman, dimulai dari Yaman.

Melalui kisah-kisah inspiratif Yaman, inisiatif ini terus menciptakan ilustrasi, video, dan karya grafis yang menggambarkan sejarah negara tersebut.

Tim produksi berfokus pada tujuan untuk “menghasilkan potongan gaya dokumenter yang berbeda” tentang “prestasi luar biasa dalam sejarah Yaman”, mengkurasi potongan-potongan ini sepanjang tahun untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pemirsa di seluruh dunia tentang negara tersebut.


“Proyek Ramadhan adalah salah satu favorit saya,” kata Waleed, karena ini adalah kesempatan untuk “berbagi cerita tentang keajaiban Yaman dan perayaan yang kita miliki yang menyatukan orang-orang” dan menjelaskan “tradisi” penting yang dibawa Yaman selama bulan puasa.

Terdapat enam belas orang yang sekarang membentuk tim di “Yemen Used to Be”, kesemuanya adalah sukarelawan yang bersemangat untuk menghidupkan kisah-kisah ini dengan tujuan “mendidik orang” di seluruh dunia.

“Kami tidak melakukan ini untuk uang, kami adalah sekelompok sukarelawan yang datang dan pergi. Kami melakukan yang terbaik untuk menciptakan apa yang benar-benar kami sukai,” kata Waleed. “Kami ingin menceritakan kisah-kisah ini karena ada makna yang jauh dan luas, di antaranya bahwa Yaman sangat luas dan sangat berbeda dalam banyak hal ketimbang yang selama ini orang pahami, dan kami ingin orang-orang mempelajarinya.”


“Sebagian besar audiens kami berasal dari diaspora Yaman. Orang-orang yang lahir dan tinggal di luar Yaman yang mendambakan pemahaman dan penemuan identitas mereka sendiri,” jelas Waleed.

“Kami mencari koneksi melalui pemahaman cerita dari sudut pandang Tanah Air kami dan cukup menyedihkan bahwa banyak yang tidak tahu tentang budaya mereka.” Ini, lanjutnya, adalah “tugas proyek Yemen Used to Be”, untuk memberi orang-orang di luar Yaman pengetahuan yang dibutuhkan”.

Proyek ini tidak hanya mengejutkan diaspora Yaman, tetapi sekarang telah menjangkau audiens di banyak negara.

Upaya mereka menjelaskan kisah penulis seperti Amal Balajun, yang adalah seorang jurnalis terkenal, hingga musisi seperti Ahmed Fathi, yang dikenal menggambarkan “peran oud dalam lagu-lagu Yaman” – yang semuanya menciptakan gerakan bersejarah di Yaman.

“Kami menjauh dari dan tak ada urusan dengan politik,” kata Waleed, “Ini adalah cerita unik dan orang-orang ambisius yang ingin kami fokuskan.”

Tumbuh dewasa, kami dibesarkan untuk melihat sesuatu dengan cara tertentu yang mungkin berbeda. Kadang terkesan seolah ada agenda politik. Kami tidak belajar banyak tentang sejarah yang lebih dalam dan budaya nyata yang hidup di Yaman, dari orang-orang hingga makanan dan perayaan. Itu sebabnya sekarang kami ingin mengubah narasinya.”

“Yemen Used to Be”, kini berharap untuk fokus membuat sumber dayanya lebih komprehensif bagi mereka yang ingin menyelami lebih dalam sejarah Yaman, menggunakan “perpustakaan umum” di mana informasi lebih mudah diakses, Waleed menjelaskan.

Menurutnya, upaya ini akan membawa lebih banyak “kisah interaktif” yang akan menghidupkan sejarah Yaman.

Tampaknya harapan ini sesuai dengan semboyan mereka, “Tidak ada masa kini tanpa masa lalu, dan tidak akan ada masa depan yang bermanfaat jika benihnya tidak ditanam di masa sekarang.” []

Berbagi artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *