Layanan Darurat Palestina mengatakan pada hari Senin (20/1/2025) bahwa pencarian sedang dilakukan untuk menemukan ribuan warga Palestina yang diyakini terkubur di bawah reruntuhan, ketika penduduk Gaza menyatakan keterkejutannya atas kehancuran yang terjadi pada hari kedua gencatan senjata antara Israel dan Hamas, lapor Reuters.
Gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung selama 15 bulan, yang telah menghancurkan Jalur Gaza dan mengobarkan Timur Tengah, mulai berlaku pada hari Minggu (19/1/2025) dengan pembebasan tiga sandera pertama yang ditahan oleh Hamas dan 90 warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel.
Kini perhatian mulai beralih pada pembangunan kembali daerah kantong pantai yang telah dihancurkan oleh militer Israel sebagai pembalasan atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Serangan itu menewaskan 1.200 orang, dan sekitar 250 sandera disandera di Gaza, menurut penghitungan Israel.
Namun, kemudian, Haaretz mengungkap bahwa justru helikopter dan tank tentara Israel sendiri, yang pada kenyataannya telah membunuh 1.139 tentara dan warga sipil yang awalnya dituduhkan oleh Israel telah dibunuh oleh Hamas.
Dalam konflik berikutnya, lebih dari 47.000 warga Palestina terbunuh, kata Kementerian Kesehatan Gaza.
“Kami sedang mencari 10.000 martir yang jasadnya masih tertimbun reruntuhan,” kata juru bicara Layanan Darurat Sipil Palestina, Mahmoud Basal. “Sedikitnya 2.840 jenazah hancur dan tidak ada bekasnya,” ujarnya.
Pengungsi Gaza, Mohamed Gomaa kehilangan saudara laki-laki dan keponakannya dalam perang.
“Ini merupakan guncangan besar, dan jumlah (orang) yang merasa terkejut tak terhitung banyaknya karena apa yang terjadi pada rumah mereka – kehancuran, kehancuran total. Bukan seperti gempa atau banjir, tidak, tidak, yang terjadi adalah perang pemusnahan,” ujarnya.
Warga dan petugas medis di Gaza mengatakan di sebagian besar wilayah, gencatan senjata tampaknya tetap bertahan, meskipun ada beberapa insiden yang terisolasi. Petugas medis mengatakan delapan orang terkena tembakan Israel sejak Senin pagi di kota Rafah di selatan, tanpa memberikan rincian mengenai kondisi mereka.
Militer Israel mengatakan pihaknya sedang memeriksa laporan tersebut.
Miliaran dolar dibutuhkan untuk membangun kembali Gaza setelah perang. Penilaian kerusakan PBB yang dirilis bulan ini menunjukkan bahwa pembersihan lebih dari 50 juta ton puing-puing yang tersisa setelah pemboman Israel dapat memakan waktu 21 tahun dan menghabiskan biaya hingga $1,2 miliar.
Meskipun laporan PBB tahun lalu mengatakan bahwa pembangunan kembali rumah-rumah di Gaza yang hancur mungkin memakan waktu setidaknya hingga tahun 2040, namun bisa memakan waktu hingga beberapa dekade.
Puing-puing tersebut diyakini terkontaminasi asbes, dan beberapa kamp pengungsi yang terkena dampak perang diketahui dibangun dengan bahan tersebut.
Israel mengatakan tujuannya dalam perang tersebut adalah untuk memberantas Hamas dan menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah yang dibangunnya. Namun hingga disepakatinya gencatan senjata pada Minggu (19/1/2025), Rezim Zionis ternyata gagal mencapai tujuan mereka. [SHR]