Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi Yaman sebagai negara yang menanggung “beban tertinggi” kolera di seluruh dunia, melaporkan 249.900 kasus yang diduga dan 861 kematian terkait pada tahun 2024 saja. Hal ini menyumbang 35 persen kasus kolera global dan 18 persen kematian, ungkap Badan PBB tersebut kemarin.
Bulan lalu, kasus kolera melonjak 37 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023, dengan angka kematian meningkat sebesar 27 persen. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh data terkini dan lebih rinci dari provinsi-provinsi di Yaman, kata WHO.
“Wabah penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan diare akut memberikan beban tambahan pada sistem kesehatan yang sudah tertekan dalam menghadapi berbagai wabah penyakit,” kata perwakilan WHO di Yaman, Arturo Pesigan. “WHO dan para relawan kemanusiaan mengalami kesulitan dalam upaya mereka untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan karena kekurangan dana yang parah.”
Ia menambahkan bahwa kurangnya akses terhadap air minum yang aman, praktik kebersihan masyarakat yang buruk, dan terbatasnya akses terhadap pengobatan tepat waktu semakin menghambat upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini.
Krisis ini diperburuk oleh penularan kolera yang terus-menerus di Yaman, termasuk wabah terbesar di dunia pada tahun 2017-2020, yang menyebabkan lebih dari 2,5 juta kasus dan 4.000 kematian. Dengan kasus kolera global yang mencapai empat juta setiap tahunnya, WHO telah menekankan pentingnya pendanaan yang cukup untuk mengatasi situasi mengerikan di Yaman secara efektif.
UN News mencatat bahwa krisis kolera hanyalah salah satu aspek dari krisis kemanusiaan yang lebih luas di negara yang dilanda perang tersebut.
“Konflik ini telah menyebabkan 18,2 juta orang, hampir separuh populasi, membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan 11,2 juta orang dijadwalkan menerima bantuan,” katanya. “Di seluruh negeri, sekitar 17,6 juta orang terkena dampak kerawanan pangan, sementara hampir separuh dari seluruh anak balita menderita stunting sedang hingga berat.” [SHR]