Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir memimpin ribuan pemukim ilegal menerobos kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem baru-baru ini. Aksinya ini mendapat kecaman dunia, terlebih pernyataannya terkait status quo Masjid Al-Aqsa.
Serbuan menteri sayap kanan beserta lebih dari 2.000 warga Israel itu dilakukan dalam rangka memperingati hari besar umat Yahudi terkait apa yang mereka sebut ”Penghancuran Bait Suci” pada Selasa (13/8/2024) pagi waktu setempat, lapor Al Jazeera. Hari ini dikenal dengan Tisha B’Av, hari berkabung umat Yahudi atas penghancuran kuil kuno oleh bangsa Romawi pada 70 Masehi.
Massa Israel menyerbu Masjid Al Aqsa di bawah perlindungan polisi pendudukan. Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan, mereka masuk dari Gerbang Al-Maghariba lalu berkeliling di halaman timur.
Ben-Gvir menyerukan aksi provokatif terkait kompleks Masjid Al Aqsa. Ia juga memimpin umat Yahudi beribadah di situs suci yang mereka sebut Temple Mount itu.
“Kebijakan kami adalah memungkinkan doa bagi orang Yahudi,” kata Ben-Gvir dalam sebuah video seperti dilansir Saudi Gazette.
Pernyataan Ben-Gvir tersebut melanggar status quo yang berlaku di Masjid Al Aqsa. Aturan yang berlaku hanya umat Islam yang boleh beribadah di sana.
Uni Eropa (EU) mengecam keras aksi provokatif Ben-Gvir dan seruannya untuk melanggar status quo tempat-tempat suci di Yerusalem. WAFA melaporkan, Rabu (14/8/2024), kecaman ini disampaikan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Josep Borrell.
“Uni menegaskan kembali seruan para pemimpin Dewan Eropa, yang diadakan pada bulan Juni, untuk mempertahankan status quo terkait tempat-tempat suci,” kata Josep melalui unggahan di X.
Tindakan Ben-Gvir dan ribuan ekstremis Israel itu juga mendapat kutukan dari pemimpin dunia, mulai dari Palestina, Amerika Serikat, PBB, hingga beberapa negara Arab, termasuk Liga Muslim Dunia (MWL) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). [SHR]