Gaza mengalami peningkatan penyakit menular pada saat sistem kesehatan hampir tidak berfungsi, kata Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Margaret Harris, kemarin.
Berbicara kepada wartawan, Harris mengatakan hanya sepuluh rumah sakit dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang beroperasi sebagian, enam di antaranya berlokasi di selatan Jalur Gaza dan empat di utara.
Dia menjelaskan bahwa setidaknya 15 anak penderita gizi buruk tiba di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara setiap hari, yang mengalami kesulitan dalam memberikan layanan karena kurangnya air, makanan dan sanitasi, serta peralatan teknis.
Harris menunjukkan bahwa ada 18 tim medis darurat yang ditempatkan di Gaza selatan, dan hanya dua dari tiga rumah sakit lapangan yang beroperasi.
Dia menunjukkan bahwa “614.000 kasus infeksi saluran pernapasan atas dan 330.000 kasus diare telah dicatat di antara para pengungsi di pusat-pusat penampungan sejak 7 Oktober”.
Ia juga mencontohkan, 83.500 kasus kudis, 48.000 ruam kulit, 7.300 kasus cacar air dan penyakit kuning dipantau pada 21.300 orang.
“Kasus campak yang didiagnosis di pusat kesehatan UNRWA sangat mengkhawatirkan,” lanjutnya, seraya menekankan bahwa 9.000 pasien di Gaza perlu dievakuasi untuk menerima perawatan, termasuk lebih dari 6.000 pasien dengan trauma psikologis dan 2.000 pasien yang menderita penyakit kronis serius seperti kanker.
“Hampir 3.400 orang telah dievakuasi sejauh ini, namun masih dibutuhkan lebih banyak lagi,” tambahnya.
Hingga hari Minggu, jumlah korban tewas akibat perang Israel di Jalur Gaza yang terkepung telah mencapai 33.175 warga Palestina dan 75.886 orang terluka, selain itu sekitar 85 persen populasi Jalur Gaza harus mengungsi, menurut organisasi Palestina dan internasional. [SHR]