Kantor kemanusiaan PBB pada Selasa (23/1/2024) memperingatkan bahwa Jalur Gaza akan “mati kehabisan darah” di tengah penolakan akses kemanusiaan ke wilayah kantong Palestina, lapor Anadolu Agency.
“Penolakan akses tim kemanusiaan yang berulang kali ke Gaza utara menghalangi peningkatan operasi penyelamatan jiwa yang diperlukan,” kata juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Olga Cherevko, dalam sebuah pernyataan.
“Hari ini adalah pertama kalinya kami berhasil mencapai Rumah Sakit Al-Shifa setelah lima hari misi ditolak dan dibatalkan,” tambahnya.
“Peralatan, bahan bakar, air dan makanan semuanya sangat terbatas,” kata juru bicara tersebut. “Para dokter menceritakan kepada kami kisah-kisah hari ini tentang keberanian luar biasa atas kekuatan dan ketahanan warga, dan penderitaan yang kami saksikan di sini sungguh tak terbayangkan.”
Dia mengutip seorang dokter di Rumah Sakit Al-Shifa yang mengatakan, “Kita sendirian di dunia ini; mereka telah melupakan kita. Dunia tidak boleh menjadi mati rasa terhadap penderitaan rakyat Gaza.”
“Jika kita tidak diberi akses yang aman, bermakna dan berkelanjutan ke wilayah-wilayah ini, Gaza akan kehabisan tenaga,” lanjut Cherevko.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel sendiri, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang dituduhkan oleh Israel telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina.
Setidaknya 25.490 warga Palestina telah dibunuh oleh Israel, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 63.354 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong itu rusak atau hancur, menurut PBB. [SHR]