Irak, yang menawarkan untuk menggunakan “pengaruhnya” demi stabilitas dan keamanan di Yaman, secara konsisten berusaha menonjolkan perannya sebagai mediator regional.
Irak telah menawarkan untuk menengahi antara pihak-pihak yang bertikai di Yaman dalam upaya untuk mengakhiri perang selama bertahun-tahun di negara itu, kata diplomat tinggi Irak pada konferensi pers pada hari Minggu (24/7/2023).
Menteri Luar Negeri Irak, Fouad Hussein mengajukan proposal tersebut selama kunjungan mitranya dari Yaman.
Pejuang Houthi merebut Sanaa pada tahun 2014, sebelum koalisi militer yang dipimpin Saudi melakukan invasi pada tahun berikutnya atas Yaman.
Ratusan ribu orang tewas dalam pertempuran atau dari penyebab tidak langsung seperti kekurangan makanan dalam apa yang oleh PBB disebut sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Gencatan senjata enam bulan yang ditengahi oleh PBB berakhir pada Oktober tahun lalu, tetapi pertempuran sebagian besar masih tertahan.
“Saat ini ada gencatan senjata tidak resmi. Dalam praktiknya, ada beberapa bentuk gencatan senjata. Kami berharap situasi ini mengarah pada dialog antara semua pihak Yaman,” tegas Hussein saat konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Yaman, Ahmed bin Mubarak.
“Irak siap membantu dalam hal ini. Kami memiliki hubungan baik dengan semua pihak. Kami dapat menggunakan pengaruh kami untuk stabilitas dan keamanan di Yaman, dan kami dapat bertindak di tingkat regional,” tegasnya.
Baghdad secara konsisten mencoba menyoroti perannya sebagai mediator regional, dan menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan tingkat rendah antara rival regional Iran dan Arab Saudi mulai April 2021.
Pada bulan Maret, Riyadh dan Teheran mengumumkan dimulainya kembali hubungan diplomatik dalam kesepakatan mengejutkan yang ditengahi oleh Beijing. Rekonsiliasi tersebut membangkitkan harapan akan perdamaian di Yaman.
“Sayangnya, untuk saat ini, kami belum melihat dampak langsung dari kesepakatan ini terhadap situasi di Yaman,” kata Menteri Yaman dalam pidatonya.
“Tapi kami tetap berharap,” tambahnya. “Kami percaya waktunya telah tiba untuk mengakhiri perang di Yaman ini.”
Pada bulan April, Duta Besar Riyadh untuk Yaman, Mohammed al-Jaber melakukan perjalanan ke Sanaa sebagai bagian dari rencana untuk “menstabilkan” gencatan senjata. Meski tidak ada kesepakatan yang tercapai, Jaber kemudian mengatakan pihak yang bertikai serius untuk mengakhiri perang. [SHR]