Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh pada Minggu (22/5/2022) kemarin memperingatkan Israel agar tidak mengizinkan pawai bendera oleh pemukim di Yerusalem Timur yang diduduki, Anadolu melaporkan.
Sebelumnya, pada Rabu (18/5/2022), Menteri Keamanan Publik Israel Omer Barlev dan Komisaris Polisi Kobi Shabtai menyetujui pawai untuk melewati Kota Tua Yerusalem.
Menanggapi hal tersebut, lebih lanjut dalam pidato yang disiarkan televisi menandai peringatan pertama 11 hari serangan Israel di Jalur Gaza, Haniyeh menyatakan, “Kami mengikuti ancaman penyerangan kompleks Al-Aqsa dan kami memperingatkan musuh agar tidak mengambil tindakan seperti itu.”

Haniyeh mengatakan Hamas “tidak akan membiarkan penodaan Masjid Al-Aqsa atau arogansi pemukim di Yerusalem.”
Pemimpin Hamas meminta Palestina “untuk melindungi Masjid Al-Aqsa dan mencegah pemukim dari melanjutkan rencana mereka” terhadap tempat suci tersebut.
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut daerah itu “Gunung Kuil”, mengklaim bahwa itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Pemukim Israel merencanakan pawai bendera untuk menandai apa yang mereka sebut “Hari Penyatuan Yerusalem”, mengacu pada pendudukan Israel atas kota itu pada tahun 1967.
Aksi Kurang Ajar Pemukim Israel di Al Aqsa Berlanjut
Tahun lalu, para pemukim melakukan pawai mereka melalui Gerbang Damaskus, yang dikenal sebagai daerah Bab al-Amud dan salah satu gerbang Kota Tua Yerusalem di tengah nyanyian anti-Arab.
Pada Mei 2021, pelanggaran Israel di dalam Masjid Al-Aqsa dan di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki memicu pecahnya serangan militer Israel di Gaza.
Lebih dari 200 warga Palestina tewas dan ribuan terluka dalam serangan gencar, yang terhenti di bawah gencatan senjata yang ditengahi Mesir. Tiga belas warga Israel juga tewas akibat serangan balasan Palestina dari Gaza selama perang tersebut. [SHR]