Dalam 24 jam, koalisi militer Arab Saudi membombardir Yaman dengan 50 kali serangan udara.
Serangan bertubi-tubi berlangsung sejak Selasa hingga Rabu dini hari, 26 Januari. Demikian laporan media Yaman, Al-Mashira TV.
Wilayah yang menjadi sasaran ialah distrik Jabal Habashi di provinsi Ta’izz, barat daya Yaman. Selain itu, distrik al-Thawrah, Sanhan, al-Sabahah, dan al-Sab’ain di barat provinsi Sana’a tak lepas dari sasaran koalisi. Pada waktu yang sama, jet-jet tempur Saudi meluncurkan misilnya 37 kali ke provinsi Shabwah, al-Jawf dan barat Ma’rib.
Dengan gelombang eskalasi serangan terbaru, total korban meninggal di Yaman diperkirakan dapat mencapai 500 ribu sejak agresi melanda negara ini pada Maret 2015. Ketika itu, Riyadh dan koalisi militernya yang didukung penuh oleh Amerika Serikat meluncurkan perang melawan negara termiskin di Asia Barat ini.
Mereka menyerang tetangganya di bagian selatan itu lantaran ingin mengembalikan penguasa boneka Abdu Rabbuh Mansour Hadi di Sana’a. Koalisi juga berhasrat menghancurkan kelompok perlawanan di Yaman, Houthi Ansarullah.
Jutaan masyarakat Yaman terancam bencana kelaparan akibat lulu lantaknya infrastruktur dalam negeri.
Walau telah memorakporandakan negara lain, Saudi belum juga mencapai tujuannya. Bahkan dengan perkembangan poros perlawanan yang dibantu angkatan bersenjata Yaman, menurut berbagai pengamat, Saudi hampir mustahil menduduki Sanaa.[]