Jumlah korban bom klaster di Yaman menembus 25 ribu jiwa sejak awal agresi koalisi militer Arab Saudi pada 2015. Mereka semuanya merupakan warga sipil.
Bom klaster atau curah merupakan sebuah wadah yang berisi banyak bom kecil (sub-munitions). Wadah ini dapat berupa misil, roket atau alat lainnya yang biasanya dijatuhan dari udara.
Menurut lembaga kemanusiaan Humanity and Inclusion, jumlah bom yang jatuh ke daratan dan tidak meledak langsung dapat mencapai 40 persen. Meski demikian bom-bom yang berserakan di atas tanah itu tetap aktif dan dapat meledak sewaktu-waktu.
Kantor Berita Yaman YPA melaporkan, 16 Januari 2022, fasilitas dan tenaga yang dikerahkan untuk membersihkan sisa bom curah belum mencapai 2 persen dari wilayah yang seharusnya dibersihkan.
Sementara wilayah Hodeidah, Bayda, Marib, Jawf, Nihm dan Saada merupakan daerah yang paling rentan ranjau dan sisa bom curah.
Meski demikian, Badan Pusat Aksi Ranjau Yaman tetap melanjutkan upaya pembersihan di area-area yang pernah diserang dengan bom. Lembaga ini menjalaskan, bahwa ranjau dan sisa bom curah telah menjadi isu nasional dan masalah sosial yang harus diselesaikan.
Kepala lembaga, Brigadir Jenderal Ali Safra, menyerukan kepada warga di wilayah yang telah terbebas cengkraman koalisi Saudi untuk memperhatikan tanda dan peringatan bahaya di wilayahnya.
Dalam laporan terbarunya, Ali Safra menyebut, pihaknya menemukan 544 ranjau dan bom curah sisa agresi selama pekan pertama Januari 2022.[]