Amerika Serikat mengumumkan pengenaan sanksi terhadap seorang pengusaha Oman dan dua perusahaan Oman, bersamaan dengan ancamannya untuk mengembalikan perang Yaman ke titik awal, yang menunjukkan upaya Washington untuk menekan pencapaian agenda politiknya di Yaman.
Departemen Keuangan AS menuduh pengusaha Oman, Mahmoud Abdul Rashid Al Habsi telah mengangkut pengiriman minyak milik Pasukan Al-Quds seharga jutaan dolar, memanipulasi sistem identifikasi otomatis kapal dan memalsukan dokumen navigasi.
Meskipun sanksi terhadap Al-Habsi adalah salah satu dari daftar panjang 4 perusahaan minyak, di antaranya adalah dua perusahaan yang berbasis di Ibu Kota Oman, Muscat, dan sebuah kapal tanker minyak, namun, waktunya menunjukkan keterkaitannya dengan agenda politik di Yaman beberapa hari setelah utusan AS untuk Yaman, Tim Lenderking, bertemu dengan Duta Besar Oman di Washington. Yakni pada saat pihak Sana’a mengusulkan inisiatif untuk solusi di Ma’rib, yang dipresentasikan kepada delegasi Oman, namun diabaikan oleh AS, UEA dan Arab Saudi.
Wakil Ketua Tim Negosiator Yaman, Jalal al-Ruwaishan pun menyesalkan pengabaian ini, karena inisiatif berupa proposal yang diusulkan Pemimpin Ansharullah tersebut, menurutnya, merupakan kunci untuk mengatasi krisis Yaman.