Tentara Israel kembali menembak dan membunuh seorang remaja Palestina saat berunjuk rasa anti-permukiman ilegal di Tepi Barat, pada Jumat (11/6) sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Korban yang masih berusia 16 tahun itu diketahui bernama Mohammad Said Hamayel.
Hamayel tewas di dekat Beita, sebuah desa sebelah selatan Nablus, kata Organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Palestina. Pada Sabtu (12/6) Al-Monitor melaporkan Kementerian Kesehatan Palestina juga mengidentifikasi Hamayel sebagai korban meninggal akibat tembakan pasukan Israel, sementara enam orang lainnya terluka dalam peristiwa itu.
Kantor berita Palestina, WAFA melaporkan Hamayel warga desa ketiga yang tewas ditembak pasukan Israel dalam satu bulan terakhir.
Sejak Jumat (11/6), warga Desa Beita berunjuk rasa menentang permukiman ilegal yang dinamakan Evyatar. Permukiman ilegal itu dibangun dengan cepat, dan sekitar 40 bangunan berhasil dibangun dalam dua bulan terakhir. Sedangkan penduduk Palestina setempat diancam usir paksa dan diberi tenggat hingga pekan depan oleh militer Israel.
Diperkirakan ada sekitar 475 ribu warga Israel yang tinggal di permukiman ilegal di Tepi Barat. Permukiman tersebut dinilai ilegal oleh masyarakat internasional sebab dibangun di tanah yang diduduki dalam perang 1967 dan dapat merusak proses perdamaian Israel-Palestina.
Hamayel dibunuh satu hari setelah dua orang pegawai negeri Palestina dan seorang terduga anggota milisi tewas dalam baku tembak dengan pasukan khusus Israel yang sedang menyamar. Bulan lalu tentara Israel juga membunuh remaja berusia 16 tahun di kota Tubas, Tepi Barat.
Perlu diketahui, mendiang Hamayel terlahir dari keluarga pejuang. Kakek dari syahid ini adalah seorang syahid, pamannya juga seorang syahid, ayahnya adalah seorang tahanan yang terluka, dan pamannya yang lain adalah tahanan yang akhirnya dibebaskan. Keluarga Hamayel mengalami penghancuran rumah mereka selama Intifadah.
Mengetahui kesyahidan remaja istimewa ini, ribuan warga Palestina pun ikut ambil bagian dalam prosesi pemakamannya.