Cerita Nasrallah Ihwal Rahbar dan Nasib Israel dalam 25 Tahun

 

Pemimpin Revolusi Iran, Sayid Ali Khamenei, mengeluarkan pernyataan mengejutkan pada 9 September 2015. “Anda tidak akan lagi melihat Israel dalam 25 tahun ke depan,” katanya dalam suatu pertemuan terbuka. The Times of Israel, The New York Times hingga media Independent di Inggris beramai-ramai menjadikan potongan pidato Rahbar itu sebagai judul berita. Tapi Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hasan Nasrallah, mengaku tidak terkejut dengan pernyataan tersebut. “Secara pribadi, saya tidak kaget,” ujarnya.  

***

 

Kabar agenda perundingan antara Presiden Suriah Hafez Al-Assad dan Perdana Menteri Israel Yizhak Rabin sampai ke kantor Hizbullah di Lebanon. Assad dan Rabin diagendakan bertemu secara rahasia di Washington dengan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton sebagai tuan rumah. 

Isyarat kedua negara bakal bermufakat menguat setelah Tel Aviv bersedia mengembalikan dataran tinggi Golan ke tangan Damaskus. Perwakilan kabinet Assad dan Rabin pun telah bersemuka di Negeri Paman Sam.

Suriah, selangkah lagi, hengkang dari barisan perlawanan terhadap Israel. “Semua data dan informasi meyakinkan kami bahwa perundingan Israel-Suriah bakal berakhir dengan sebuah kesepakatan damai,” kata Nasrallah mengenang situasi pascaperundingan Oslo 1993 itu. 

Berita gelagat Suriah berbaikan dengan Israel kemudian beredar luas di masyarakat Suriah, Lebanon, dan Palestina. Pertanyaan dari publik pun muncul, “Lantas apa yang akan Hizbullah lakukan?”

Nasrallah menggelar rapat internal. Pertemuan mengkaji berbagai kemungkinan untuk diantisipasi dari sisi politik hingga militer.

Berbagai pendapat dan usulan mengemuka di meja musyawarah. “Kami lalu pergi menemui Rahbar,” ujar Nasrallah. Istilah ‘Rahbar’ merujuk pada Pemimpin Revolusi Islam Iran, Ali Khamenei, pengganti Imam Khumaini.

Di Iran, Hizbullah mempresentasikan isu yang sedang hangat itu di depan Khamenei dan sejumlah pejabat negara setempat. Rahbar menyimak satu per satu pandangan dan usulan dari Beirut itu.

Semua pejabat Iran yang menemani Rahbar ketika itu berkeyakinan perundingan Suriah dan Israel telah terjadi. Lalu Rahbar menyampaikan pandangannya.

“Hal yang bagus jika kalian mempertimbangkan skenario terburuk, berbagai kemungkinan dan rencana menghadapinya,” kata Khamenei. “Tapi saya katakan pada kalian: ini tidak akan terjadi. Tidak akan ada perjanjian damai antara Suriah dan Israel.”

Sontak semua orang dalam pertemuan, baik dari Iran maupun Lebanon,  tercengang. Khamenei memberikan pernyataan tandas, tegas, tanpa embel-embel ‘mungkin’, ‘sepertinya’, ‘boleh jadi’, ‘barangkali’.

“Lupakan isu itu dan lanjutkan apa yang telah kamu lakukan dengan lebih baik dan lebih kokoh dari sebelumnya,” kata Rahbar meyakinkan. 

“Bagaimanapun, kami terkejut mendengarnya,” ujar Nasrallah. “Kami lalu kembali ke Lebanon dan melanjutkan kerja berdasarkan arahan Rahbar.”

Hanya dua pekan setelah kunjungan Hizbullah ke Rahbar, sebuah acara akbar dalam rangka mendukung Kesepakatan Oslo – perjanjian damai antara PLO Palestina dan Israel – digelar di Tel Aviv.

PM Rabin meyambangi seratus ribu orang yang hadir di sana. Usai acara, Rabin menuju mobilnya dan sebelum memasuki pintu kendaraan, dua timah panas melesat dan mengoyak tubuhnya. Seorang ekstremis sayap kanan Yahudi, Yigal Amir, berhasil membunuh orang nomor satu di Israel itu. 

Dan terpilihlah Shimon Peres menggantikan Rabin. Pada tahun 1996, di bawah pemerintahan Peres, Israel menyerang Lebanon. Tapi Hizbullah melawan dan perang pun meletus yang berakhir dengan kekalahan Tel Aviv.

Tiga pekan kemudian, Israel menggelar pemilihan umum yang membuat Peres tersingkir. Benjamin Netanyahu mengambil alih Beit Aghion dan berpidato, “Saya tidak melanjutkan kebijakan apapun dari Rabin dan Peres mengenai Suriah dan negosiasi dengan Assad.” Walhasil, kesepakatan damai Tel Aviv-Damaskus tidak terjadi, hingga kini.

Hampir dua dekade kemudian, tepatnya 9 September 2015, khamenei mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. Kali ini bukan dalam pertemuan terbatas dan terutup.

“Anda tidak akan lagi melihat Israel dalam 25 tahun ke depan,” katanya dalam suatu pertemuan yang dihadiri masyrakat dari berbagai latar belakang. The Times of Israel, The New York Times hingga media Independent di Inggris beramai-ramai menjadikan potongan pidato Rahbar itu sebagai judul berita.

Tapi Nasrallah tidak terkejut dengan apa yang disampaikan Rahbar. “Secara personal, saya tidak kaget,” katanya.  

***

Setelah 18 tahun mencaplok Lebanon selatan, Israel akhirnya terdepak pada 25 Mei 2000. Tel Aviv tidak lagi menemukan senjengkal tanah yang aman di Lebanon akibat mendapat perlawanan sengit dari Hizbullah.

Padahal hanya beberapa bulan sebelumnya, Hizbullah masih meragukan Israel bakal menarik diri dari Lebanon. Nasrallah dan para komandannya meyakini Israel tak akan mundur begitu saja tanpa mengajukan sejumlah syarat.

Dalam ketidakyakinan itu, Nasrallah dan anggota dewan Hizbullah yang ditemani oleh 50 komandannya terbang ke Tehran. Di Iran, mereka menemui Rahbar.


“Israel tampaknya tetap akan bertahan lebih lama di Lebanon dan kita masih butuh banyak waktu untuk membuat mereka keluar dari sana tanpa syarat,” kata Hizbullah menjelaskan situasi terkini ke Rahbar. 

“Mengapa Anda ragu,” tanya Rahbar.

Hizbullah kemudian mengemukakan penjalasannya berdasarkan analisis di lapangan dan lawan. Dan terjadilah diskusi panjang.

Pada malam harinya, Nasrallah dan para perwira Hizbullah mengikuti salat jemaah bersama Rahbar. Usai memimpin salat Isya, Rahbar bangkit dan berbicara kepada jemaah asal Lebanon.

“Dengan rahmat Allah, kalian akan menjadi pemenang. Kemenangan itu sangat dekat dari yang diperkirakan orang,” katanya. “Setiap dari kalian akan menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.”

Singkat cerita, rombongan pulang ke Lebanon dan melanjutkan operasi perlawanan yang kembali mengakibatkan banyaknya prajurit dan komandan tempur yang gugur. Hingga tibalah tanggal 25 Mei, secara mengejutkan, Israel – negara yang pernah mengalahkan gabungan tentara Liga Arab dalam enam hari pada 1967 – mundur dari Lebanon.

“Di luar dugaan,” kata Nasrallah.

Prediksi Rahbar menjadi kenyataan. Pertama, kemenangan datang begitu cepat. Hanya beberapa bulan setelah pertemuan itu. Kedua,  para komandan yang hadir dalam pertemuan dengan Rahbar berada di barisan terdepan medan tempur tapi tetap hidup dan menyaksikan kemenangan besar ini dengan mata mereka masing-masing. 

“Rahbar memiliki wawasan mendalam dan pemahaman yang tepat tentang masa depan,” kata Nasrallah. “Saya meyakini akurasi pandangan ini merupakan bagian dari kemampuannya yang khas, yang berasal dari keimanan yang kokoh, ketaatan dan hubungan dengan Allah Yang Maha Esa dibanding bersumber dari sekadar aspek rasional.”

Setelah meraih kemenangan akbar itu, Nasrallah dan perwira tinggi Hizbullah kembali menyambangi pemimpinnya di Tehran. Rahbar sangat gembira mendengar kemenangan Hizbullah dan diskusi berlanjut tentang masa depan.

“Apabila orang Palestina, kelompok perlawanan di Lebanon, bangsa-bangsa di Kawasan melakukan tugasnya sebagaimana mestinya, melajutkan jalan ini (perlawanan), tentunya Israel tak akan bertahan lama di Kawasan,” kata Nasrallah mengutip ucapan Rahbar. Ketika itu Ali Khamenei menyebut kurang dari 25 tahun.

Dus, Sekjen Hizbullah telah mendengar penjelasan pernyataan ini langsung dari Rahbar pada pertemuan tertutup sejak tahun 2000. Ketika Khamenei menyampaikannya pada 2015, Nasrallah berkesimpulan, “Beliau memberikan tambahan waktu ke Israel.”

Pria kelahiran Bourj-Lebanon ini mengaku tidak mengetahui aspek tersembunyi di balik penyebutan ’25 tahun’ tersebut. Tapi, lanjut Nasrallah, kehancuran Israel dalam waktu dekat didukung oleh seluruh data, informasi lapangan dan investigasi dari Hizbullah. 

Bagaimanapun, terjungkalnya Israel tidak ujug-ujug menjadi kenyataan. Perwujudannya diikuti dengan syarat-syarat tertentu.

“Oleh karena itu, kalau kita tetap dalam jalan perlawanan sebagaimana yang telah kita lakukan, kondisi faktual di lapangan menunjukkan Israel tak akan bertahan lebih dari 25 tahun,” katanya. []

Sumber: 

  • Wawancara dengan Sayid Hasan Nasrallah: www.english.khamenei.ir
  • Apa dan Siapa Hizbullah dan Nasrallah (Misbah, 2006)
  • Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan atau Teroris? (Noura, 2012)

 

Berbagi artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *