Kelompok perlawanan Yaman, Houthi Ansarullah, siap membebaskan dua pilot jet tempur Saudi yang ditawan sejak Februari 2020. Dengan syarat, kata Houthi, 60 warga Palestina yang mendekam di rumah tahanan Saudi juga harus dibebaskan.
Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyambut baik inisatif Houthi. Tapi Saudi masih bergeming.
Pemerintahan Raja Salman bin Abdul Aziz Assaud menahan sejumlah warga Palestina sejak awal 2019. Sebagian mereka dijebloskan ke dalam sel dengan tuduhan mendanai terorisme.
Di antara 60 tahanan merupakan anggota Hamas. Perwakilan Hamas di Saudi, Mohammad Alkhodari, 82 tahun, dan anaknya, Hani, ikut merasakan dinginnya lantai penjara.
Sementara pada 15 Februari 2020, Houthi berhasil menembak jatuh dua jet tempur Saudi yang menyerang Yaman di provinsi Jawf, dekat perbatasan Saudi-Yaman. Sebelum pesawat jatuh ke bumi, kedua pilot terpental keluar dari pesawatnya. Keduanya lalu menjadi sandera Houthi.
Kepala urusan tahanan Houthi, Abdul Qadir Murtada menyampaikan tawaran pertukaran tahanan ke Saudi lewat sejumlah mediator. Namun setiap kali disampaikan, Riyadh menolak memberikan tanggapan.
“Tak ada jawaban yang diberikan Saudi terkait tawaran terakhir Houthi,” katanya.
Tawaran ini telah disampaikan berulang kali oleh Houthi. Pada 26 Maret 2020, misalnya, Seretaris Jenderal Houthi Abdul Malik Alhouthi mengumumkan kesediaannya membebaskan satu pilot pesawat tempur dan lima tentara Saudi untuk ditukarkan dengan tahanan Hamas. Pada akhir tahun 2020, melalui siaran televisi, Murtada kembali menegaskan kesediaan pembebasan sandera.
Anggota Biro Hubungan Internasional Hamas, Bassem Naim mengatakan, “Kami mengapresiasi semua usaha keras yang dilakukan oleh kelompok mana pun dalam upaya membebaskan warga Palestina di rumah tahanan Saudi.
Meski demikian, Hamas tidak mengungkapkan apakah pihaknya telah berkomunikasi dengan Houthi mengenai inisiatif ini atau belum. Ia hanya bilang, Hamas selalu berupaya untuk membebaskan warga Palestina dan anggotanya yang berada dalam tahanan Suadi.
Menurut pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, pihaknya telah mengajukan permintaan pembebasan warga Palestina ke Raja Salman. “Mereka (para tahanan) tidak mengganggu keamanan Saudi. Oleh karena itu, menyeret mereka ke dalam sel tak dapat diterima,” katanya dalam pertemuan online Hamas, 29 Desember 2020
Pada Oktober silam, keluarga Khodari dan pengacaranya mengunjungi rumah tahanan. Menurut keluarganya, Khodari menderita penyakit kronis dan kesehatannya merosot selama mendekam dalam tahanan. Abdul Majid Khodari, saudara Khodari, khawatir Covid-19 semakin membahayakan hidup perwakilan Hamas di Saudi itu.
Majid juga telah melakukan semua upaya untuk pembebasan Khodari tapi hasilnya nihil. Dengan datanganya kabar dari Yaman, Majid berharap saudaranya memperoleh nasib baik. Ia pun mengapresiasi inisiatif Houthi untuk membebaskan warga Palestina.
Sementara Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Islam Gaza, Tayseer Muhaisen, memprediksi Saudi menolak tawaran Houthi. Pasalnya, kata dia, Kerajaan memandang Houthi ingin memberi kesan bahwa mereka lebih mendukung Palestina dibandingkan Saudi. Tapi bagaimanapun, Muhaisen berharap Hamas dan Houthi selalu menjalin komunikasi mengenai tahanan yang ingin dibebaskan andai saja Riyadh benar-benar menerima tawaran Houthi pada suatu hari nanti. []
Sumber: Al-Monitor.com