Soal Krisis Yaman, Oxfam Kritik Negara Penjual Senjata ke Saudi

Lembaga internasional penanggulangan bencana Oxfam mengkritik sejumlah negara G20 yang menjual senjata ke Arab Saudi. Menurut organisasi nirlaba berbasis di London ini, ekspor amunisi ke Riyadh telah menyeret warga Yaman ke dalam derita berkepanjangan.

“Mencari untung banyak dari jualan senjata yang menyebabkan perang sembari memberi sedikit bantuan ke Yaman merupakan sikap aneh sekaligus cacat moral,” kata Direktur Oxfam Yaman, Muhsin Siddiquey, seperti dilansir Middleesatmonitor.com, 18 November 2020.  

Mengutip lembaga peneliti penjualan senjata militer atau SIPRI, Muhsin menyebut negara-negara kaya itu telah mengekspor senjata dengan nilai lebih dari 17 miliar dolar ke Riyadh.  Nilai transaksi ini terhitung sejak Saudi melancarkan serangan militer ke Yaman pada 2015. 

Sementara bantuan mereka ke Yaman hanya sepertiga dari nilai penjualan senjata ke Saudi. Padahal, krisis kemanusiaan terbesar di dunia sedang melanda negara tetangga Saudi ini.  

“Jika ekspor senjata oleh negara-negara G20 kepada anggota lain dalam koalisi ini diikutsertakan, nilai 17 miliar dolar itu meningkat setidaknya menjadi 31,4 miliar antara 2015 dan 2019. Nilai yang terakhir ini lima kali lipat dari jumlah bantuan yang diberikan negara-negara G20 ke Yaman pada antara 2015 dan 2019,” ujarnya. 

Ia berharap penjualan senjata menjadi sorotan pada pertemuan virtual para kepala negara G20 yang bakal digelar oleh tuan rumah, Riyadh, pekan ini. Apalagi, kata dia, perdagangan senjata ke negara-negara Teluk akan berada di bawah pengawasan baru Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden. Pemenang Pemilihan Presiden AS 2020 ini pernah berjanji akan menyetop penjualan senjata ke Saudi yang menyebabkan perang di Yaman. 

Pada Rabu lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan peringatan soal malapetaka serius akibat perang bertahun-tahun oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman. Krisis pangan, kelaparan, malnutrisi akan melanda jutaan warga Yaman termasuk wanita dan anak-anak.[]


Foto: Twitter Oxfam

Berbagi artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *